KONSEP DASAR MENGIRINGI I

A. PENDAHULUAN

Pujian Sebagai Persembahan

Kata pujian pertama kali muncul dalam Alkitab pada

Imamat 19:24 “ Tetapi pada tahun yang keempat haruslah segala buahnya menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi TUHAN.”

Kata pujian yang terkandung dalam ayat ini merupakan bentuk awal dari konsep pujian manusia kepada ALLAH, yaitu dalam bentuk pemberian barang persembahan yang dikhususkan dengan makna sebuah pengakuan akan sesuatu yang baik atau kebesaran TUHAN.

Persembahan dalam bentuk barang merupakan ungkapan pujian kepada TUHAN. Didalam pujian terdapat makna penyembahan, yang merupakan hasil dari sebuah tindakan mempersembahkan.

Bentuk awal persembahan berupa barang/korban persembahan, kemudian berkembang tidak hanya sebatas barang seiring berkembangnya kebudayaan, bertambah bentuk dalam rupa syair / kata-kata, kemudian narasi tersebut yang diisi dengan lantunan/intonasi lalu berkembang menjadi bermelodi ( seiring ditemukannya melodi / musik ), yang akhirnya kita kenal saat ini dalam bentuk lagu. Dan pada zaman raja Daud, ibadah mulai menggunakan intrument tambahan lainnya sebagai pengiring.

Pujian yang terbaik dimulai dari Memberi Persembahan yang terbaik

Kata pujian tidak dapat dilepaskan dari kata penyembahan. Tidakan mempersembahkan sesuatu dimulai ditemukan di Alkitab pada kitab kejadian 4. Pada cerita Kain dan Habel. Dan disinilah awal mula sejarah kejahatan manusia yang bermula dari sikap hati yang salah dalam penyembahan.

Kain membunuh Habel bermuasal dari tidak diindahkannya persembahan kain oleh TUHAN, dan jika kita menyelidiki lebih mendalam, ada kalimat kunci yang membandingkan sikap hati kain dan habel didalam kej. 4:3; dimana “ Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah “ sedangkan Habel “ mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya”, ini

Penyembahan harus dimulai dari sikap hati untuk memberi yang terbaik dari yang terbaik yang dimiliki. Penyembahan itu dimulai dari sesuatu yang kita usahakan dan merupakan sebuah proses. ( kejadian 4:3. Setelah beberapa waktu lamanya,...... ). Untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik, sebuah proses dimulai dari mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Penyembahan harus dimulai dari mengusahakan yang terbaik untuk dipilih dan dihususkan hasil untuk diberikan kepada TUHAN. Dalam hal ini kita melihat Kain dan Habel melakukan sebuah usaha yang dimana pada akhir usaha. Hasilnya diberikan kepada TUHAN. Dalam implikasi kesehariaanya apa yang kita lakukan merupakans sebuah proses yang pada akhirnya akan membuahkan hasil dan apakah hasil yang kita buahkan ini merupakan hasil yang terbaik dari yang terbaik yang bisa dilakukan, sehingga kita dapat memberikan persembahan yang terbaik ?

Kej.4: 3-4 mengajarkan dua sikap hati dari sebuah proses pemberian kaian dan habel yang mirip tetapi tidak sama dan menghasilkan respon yang sangat bertolak belakang.
a. Kain mempersembahkan sebagian hasil tanah ,( disisakan untuk diberikan ) dalam konteks ini bukan dilihat hasil tanah yang tidak berkenan kepada TUHAN, tetapi pada konteks Tidak ada hasil yang dimiliki dipisahkan secara khusus bagi TUHAN sehingga mungkin saja apa yang dipersembahakan sembarangan dipilih.
b. Habel mempersembahakan anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; dalam konteks ini dilihat adanya usaha :
i. Memprioritaskan setiap hasil usaha pertama bagi TUHAN. Dan TUHAN adalah pusat prioritas yang menjadi tujuan dari sebaga poses untuk memberi yang terbaik bagi TUHAN. Hasil pertama diingat untuk memuliakan TUHAN.
ii. Hasil pertama pada umumnya merupakan hasil yang terbaik ( ingat buah srikaya merah 450gr ) dari sebuah proses.
iii. Habel memilih yang terbaik ( pemisahan untuk dikhususkan ) untuk diolah sehingga hanya menyisakan lemak-lemak, dalam hal ini kotoran /tulang belulang tidak diberikan kepada TUHAN, yang mungkin saja Kain tidak melakukannya ( maksudnya dalam keadaan kotor, hasil tanah tersebut diberikan kepada TUHAN ).

Sikap hati yang tidak tepat ini akan menghasilkan kekecewaan karena tidak dikenankanya persembahan kita oleh TUHAN. Dan dalam konteks pujian penyembahan persiapan merupakan faktor terpenting bagi para pemusik gereja. Dan apakah yang kita lakukan ini untuk TUHAN dan digerakan untuk memberikan yang terbaik bag TUHAN ?

TUHAN adalah pusat pujian

Ulangan 10 : 21 Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri.

Ayat ini dengan jelas dan tegas mengatakan bahwa ALLAH adalah pokok pujian & penyembahan kita, tidak ada yang lainnya. Dengan demikian segala sesuatu yang kita lakukan, secara khusus dalam mempersiapkan pujian kepada TUHAN haruslah bertitik tolak kepada pemahaman bahwa ALLAH adalah fokus dimana kita berikan pujian untuk sesuatu yang telah IA perbuat kepada kita ( al. Anugerah umum, berkat jasmani, perlindungan, kesehatan dan Anugerah khusus, karya keselamatan ).

Fungsi & Peran Pujian/Musik dalam Ibadah Kristen.

Lagu pujian Kristen bukanlah sekedar karya musik yang dipersembahkan kepada TUHAN, tetapi lebih dari pada itu ia merupakan bentuk/wujud lain dari korban untuk persembahan layaknya domba pada masa perjanjian lama. Lagu Pujian merupakan “pengganti” korban ucapan syukur kepada ALLAH. Oleh sebab itu menjaga kekudusan hati dan diri sebelum memasuki ibadah dan menyembah TUHAN merupakan titik tolak utama yang menentukan kualitas ibadah kita.( Fungsi Penyembahan )
Lagu Pujian Kristen merupakan bentuk dari kesaksian dan pernyataan iman yang didasari oleh kebenaran FIRMAN TUHAN ( Doktrin/Pengajaran ). Fungsi Penginjilan )
Lagu Pujian Kristen merupakan ungkapan komunikasi antara manusia dengan ALLAH dan sebaliknya serta uangkapan Manusia dengan sesama, yang dilatar belakangi beragam tujuan yang didasari oleh kebenaran. ( Fungsi Relasi & Pelayanan )
Lagu Pujian Kristen merupakan pendahuluan yang menuntun dan ringkasan kotbah ( fungsi pengajaran )





B. Pelayan Musik adalah Pelayan Ibadah

Dalam mempelajari pelayanan ibadah Kristen kita tidak dapat lepas dari konsep kaum Israel dalam mengatur ibadahnya. Konsep ibadah Yahudi merupakan cikal bakal ibadah modern saat ini. Dari ke 12 suku Israel, hanya ada satu suku yang dipercayai dan diberi hak mengatur yakni suku Lewi.

Saat pemerintahan raja Daud ( seorang raja yang mengerti musik ) Peranan pemimpin pujian/koor dan pemain musik menjadi salah satu fokus penting ibadah disamping korban persembahan dan syukur. Dari kisah kepemimpinan raja Daud kita dapat mengambil konsep-konsep dasar yang dapat diterapkan dalam kita mengatur dan mempersiapkan Ibadah ke Kristenan.

Latar Belakang singkat Kaum Lewi

Alkitab mencatat para pemain musik merupakan bagian dari tugas utama kaum Lewi yang dikelompokan secara khusus.

Kaum Lewi adalah salah satu dari 12 suku Isreael, Anak ke 3 dari Yakub, dari istri pertamanya Lea. ( Kej 35:23 ). Peran lewi sebagai pelayan TUHAN dimulai dari usaha mereka membantu musa dalam menghadapi kaum Israel yang menyembah berhala, dan sejak saat itu musa menyuruh mereka membaktikan diri kepada TUHAN ( kejadian 32).

Kaum lewi dikhususkan melayani keperluan bait ALLAH, sehingga mereka tidak bekerja, tidak memiliki hak atas pembagian tanah Kanaan secara pribadi, seperti suku lainnya. Dan sebagai gantinya kaum Israel lainnya wajib mencukupi kebutuhannya, melalui persembahan perpuluhan ( Bil 18:24 ) Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel.

Untuk itu kaum Lewi hanya memfokuskan diri melayani TUHAN seumur hidupnya, dan apa yang dilakukannya hanya terfokus kepada melayani TUHAN. Sebuah panggilan dan tujuan hidup yang sangat Terfokus dan eksklusif .

Kaum Lewi memiliki tugas antara lain
Mengurus bait ALLAH
Menyanyi I Taw 9 :33, II Tawarikh 8:14
Bermain alat musik I Tawarikh 15
Mengangkat tabut I Taw 15: 22
Mengawasi Perbendaharaan rumah ALLAH I Tawarikh 26:20.
Menyelenggarakan ibadah didepan kaum imam II Tawarikh 8:14

Bernyanyi pujian yang diiringi bunyi musik.

Bernyanyi dengan iringan musik merupakan salah satu fokus utama dalam pembagian tugas kesehariannya. Bermain alat musik merupakan salah satu dari sekian banyak fungsi yang dijalankan oleh kaum Lewi.

Fungsi utama dari permainan musik difokuskan kepada mengiringi


C. Hal Penting yang harus dimiliki seorang Pemain Musik

Ada dua keahlian dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemain musik yaitu :


Pengetahuan yang lebih dari cukup akan kebenaran FIRMAN TUHAN

II Taw 30:22 Hizkia mengucapkan kata-kata pujian kepada semua orang Lewi yang menunjukkan akal budi yang baik dalam melayani TUHAN. …………………..

Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

Didalam ayat ini, kata akal budi / hikmat dimaksudkan adalah memiliki pengetahuan yang baik dan benar akan ALLAH. Pengetahuan akan ALLAH yang benar dapat kita capai dengan beragam cara, tetapi yang terutama adalah melalui hubungan pribadi yang benar dihadapan TUHAN, selebihnya bacalah buku buku rohani, tafsiran Alkitab dan lain sebagainya.

Pengetahuan yang benar akan Firman TUHAN akan menjadi dasar yang sangat penting buat kita berbuah dalam pelayanan musik. Tanpa pengetahuan yang cukup, sulit bagi kita membedakan mana lagu yang baik dan tidak, atau yang sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN dan tidak. Oleh sebab itu mari kita mendasari seluruh akifitas pelayanan kita dengan kebenaran Firman TUHAN.

Musik yang hanya terbatas bunyi bersifat netral, walaupun memiliki efek tertentu ( mis mencerdaskan, menyembuhkan dan kebalikannya). Tetapi musik yang memiliki syair untuk dinyanyikan menjadikannya tidak netral ( cth. YESUS sahabat sejati dan Ibu Pertiwi , lagu Doremi ). Musik dan Syair yang bergabung menjadi lagu akan menjadi kekuatan yang sangat dasyat yang mampu mengindoktrinasi manusia dialam bawah sadarnya bagi pengaruh yang positif maupun negatif. Oleh sebab itu Orang yang terlibat pelayanan Ibadah gereja, sesungguhnya adalah Benteng pertahanan pertama dari serangan penyesatan atau penghancuran gereja/orang Kristen. Seorang Pemusik gereja adalah filter awal yang menentukan apakah sebuah pengajaran diterima atau ditolak oleh gereja. Untuk itu pemusik gereja harus membekali diri dengan pengetahuan yang lebih dari sekedar cukup akan pengetahuan kebenaran Firman TUHAN, karena jauh lebih mudah dan efektif jika ingin menghancurkan gereja melalui media musik dan syair daripada kotbah di mimbar atau penghancuran fisik gereja ( selain penghancuran keluarga ).


Melalui kebenaran/pengetahuan yang lebih dari cukup mengenai FIRMAN TUHAN, akan menolong kita dalam :
a. Mengetahui dengan mudah maksud dan tujuan lagu diciptakan, apakah syair yang dikarang sudah sesuai dengan kebenaran FIRMAN TUHAN dan doktrin yang dianut oleh gereja ?
b. Membantu kita dalam menyusun syair lagu yang menolong jemaat dalam memahami kebenaran Firman TUHAN.

Dengan demikian ada pertanyaan dasar yang dapat kita tanyakan pada diri kita sebelum memainkan sebuah lagu :

a) Kepada siapakah lagu tersebut dituliskan ? ( ALLAH TRITUNGGAL, Manusia, tuhan/sesuatu kekuatan yang abrstak cth “you rise me up”)
b) Dituliskan dan bertujuan apa ? ( memuji TUHAN, industri, hiburan dll )
c) Apakah syair yang kita mainkan sudah sesuai dengan prinsip dan kebenaran FIRMAN TUHAN ?
d) Jika 3 hal tersebut kita sudah kenali, pertanyaan berikut adalah Kapan kita gunakan lagu tersebut ? Apakah jemaat merasa terinspirasi untuk lebih memuji TUHAN atau menghayati setiap syair dari lagu yang dinyanyikan, atau lagu yang dinyanyikan dapat mempersiapkan hati jemaat menerima kotbah FIRMAN TUHAN, dan bukan sekedar menghibur selayaknya pertunjukan musik ? “


Pelayan Musik adalah seorang yang ahli dan dibekali

I Taw 25: 7-8a “ Jumlah mereka bersama-sama saudara-saudara mereka yang telah dilatih bernyanyi untuk TUHAN—mereka sekalian adalah ahli seni—ada dua ratus delapan puluh delapan orang.Tua dan muda, guru dan murid,

Didalam ayat ini, jelas disebutkan bahwa yang bermain musik di dalam ibadah adalah mereka yang telah dilatih, artinya yang sudah bisa, bukan yang lagi belajar. Dan disana disebutkan seorang yang AHLI SENI/MUSIK. Seorang yang ahli adalah seorang yang mendalami secara khusus. Dalam batasan tertentu ayat ini kelihatan sangat eksterim artinya, kalau yang punya pengetahuan sedang sedang dan cenderung rendah, yach.. tidak boleh mengiringi. Lantas kalau demikian bagimana dengan gereja yang pemusiknya sangat minim dalam segala hal? Dalam kontek ini kita perlu bertindak bijak, artinya kita yang sebagian besar dari kaum awam, bahkan belajar musik sekedarnya tidak mungkin menyamakan diri kita dengan orang yang memang hidup matinya tiap hari latihan musik.

Yang terpenting didalam pelayanan pengiring ibadah adalah bagaimana kita bermain dengan apa yang terbaik yang kita miliki yang kita persembahkan untuk TUHAN, sehingga jemaat tidak terganggu oleh bunyi iringan kita, tetapi menolong jemaat untuk dapat bernyanyi dengan lebih baik. Dengan catatan adanya dorongan didalam diri kita untuk memberi yang terbaik dengan cara belajar untuk lebih baik.

Didalam dunia musik, keahlian itu ditentukan oleh ketekunan. Semakin tekun semakin Ahli, artinya belajar musik tidak hanya cukup otak dan bakat yang besar, tetapi juga ketekunan dan kedisiplinan dalam melatih diri. Dua hal tersebut secara tidak langsung akan membentuk karakter kepribadian dengan mentalitas dan motivasi yang kuat.

Tetapi didalam ketekunan dan kedisiplinan tersebut dibutuhkan juga pengisian pengetahuan sebagai dasar dan pijakan untuk kita mengembangkan diri.

“ Didalam dunia musik tiada orang didunia ini yang paling hebat. Jika ada satu orang paling lemah didunia ini, pasti ditengah-tengah kelemahannya, ada satu hal yang jauh lebih hebat dari satu orang paling hebat didunia ini kuasai, dan sebaliknya, sehebat-hebatnya orang yang paling hebat didunia ini pasti ada satu hal yang paling lemah yang ia tidak bisa kalahkan dari pada seorang yang paling lemah kuasai.” Yang ingin saya katakan, didalam dunia musik, tidak ada yang paling hebat dan paling lemah, yang ada adalah orang yang tidak mau berlatih dan belajar dengan orang yang rajin.


Untuk melengkapi diri secara professional terdapat minimum 5 hal dasar penting yang harus dikuasai oleh seorang pemain musik diluar pengetahuan akan FIRMAN TUHAN :
1. Keahlian Tehnikal : Penguasaan akan tehnik permainan, mis cara membunyikan instrument, scale, arrpeggio.
2. Keahlian Musikalitas : ekpression, tempo, Style, Accompaniment/Solo
3. Keahlian Intuisi musik : Chording, Blanded sound, kolaborasi
4. Membaca & Menulis notasi : Teori Musik, Harmoni, Komposisi,
5. Pengetahuan Umum Musik : Sejarah, Apresiasi dll